Tapak Cabik

Rabu, 04 Januari 2012

Cabik Pelangi Sajak Haiku Gravitasi

 

Gravitasi

Lontarkan batu
ke angkasa nan biru
jatuh ke debu


Puisi sederhana yang menjelaskan tentang hukum gravitasi. Tetapi sebenarnya secara tersirat puisi berbentuk haiku tersebut memiliki amanat bahwa semua perbuatan yang pernah kita lakukan akan kembali  kepada diri kita sendiri. Bila kita berbuat tentu kita akan menuai kebaikan, begitu pula sebaliknya bila kita berbuat keburukan, kita akan mendapatkan keburukan.

Rabu, 29 September 2010

Cabik Pelangi Sajak Menyongsong Harapan

Kini alam tak lagi hijau
walau kilaunya masih memukau
goresan pelangi warnai jiwa
menabur percik menghias cita
 
Saat persada berganti warna
meski senandung masih yang dulu
terlintas menari-nari di dalam kalbu
tertancap indah merasuk sukma
 
Dunia tak lagi sempit
berkawan akrab mega melangit
berlari-lari mengelilingi pusaran waktu
menyongsong harapan yang menunggu



Meskipun masa kanak-kanak yang ceria telah berganti dengan masa remaja yang indah, kadang-kadang seorang remaja masih belum dapat meninggalkan kebiasaan dan kesenangannya yang dilakukan pada masa lalu. Ia akan selalu mengenang masa-masa itu sampai kapan pun.

Selera dan penampilan bisa saja berganti, tetapi remaja tidak dapat  melenyapkan begitu saja sifat-sifat yang dimiliki semasa kanak-kanak. Bayangan diri betapa lucunya ketika itu menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Masa yang berganti, termasuk penampilan fisik dan psikis menjadikan remaja bersemangat untuk mewujudkan segala angan-angannya. Dia akan terus mencoba meraih harapan-harapan itu hingga akhirnya rentang waktu membuatnya menjatuhkan pilihan. 

Selasa, 01 Juni 2010

Cabik Sajak Langkah Merak

Merak itu telah berjalan
dari taman ke taman
seraya melempar senyuman

Merak itu melangkah anggun
dengan kepala terayun-ayun
yakin semua kan tertegun

Dengan jalinan bulu penuh warna
ia tebarkan senyum pesona
agar semua kan terpana

Merasa diri yang terhebat
tak dibalasnya sapa katak yang meloncat
dan undangan iringan semut yang lewat

Kepala yang tengadah ke atas
membuat mata kurang awas
pujian datang, hati puas

Kaki tiada menapak tanah
duri-duri telah memanah
menghadirkan tetesan darah

Merak pun menangis pilu
angkuh diri membuatnya tak tahu malu
menganggap diri yang nomor satu

Untaian bulu warna-warni
tak ditunjukkannya lagi
sebab kini tiada seindah pelangi


Dalam dunia fabel, merak dikenal sebagai hewan berperangai angkuh. Dengan keindahan warna-warni bulunya, ia merasa tidak ada lagi yang sanggup menyaingi dirinya.

Bait pertama menggambarkan seorang yang berjalan sambil tersenyum menyombongkan diri. Dia begitu yakin akan kehebatan dirinya.

Bait kedua menceritakan bahwa cara berjalan orang angkuh lain daripada yang lain. Ia berusaha bersikap anggun, tetapi orang-orang yang melihat akan tahu kalau keanggunan itu tampak dibuat-buat.

Bait ketiga mengisahkan betapa yakin akan kehebatan diri sehingga ia yakin bahwa siapa pun yang melihat akan terkagum-kagum dan memujinya.

Bait keempat menjelaskan bahwa orang angkuh tidak akan sudi membuang-buang waktu hanya untuk menjawab sapaan basa-basi atau menerima undangan dari orang-orang sederhana.

Bait kelima menggambarkan kebiasaan orang sombong, ia selalu melihat ke atas, sebab cemas kalau-kalau ada yang meyaingi dirinya. Pujian dan sanjungan membuatnya enggan menunduk.

Bait keenam menceritakan bahwa kesombongan, keangkuhan, atau apa pun namanya akan mengakibatkan kejatuhan.

Bait ketujuh melukiskan tangis penyesalan yang datang kemudian. Saat itulah seorang yang sombong meratapi keangkuhannya.

Bait kedelapan melambangkan bahwa seorang yang jatuh karena keangkuhan biasanya tidak lagi mempunyai keberanian untuk menceritakan apa-apa yang dulu pernah dimiliki. Dia merasa tidak dapat menunjukkan bukti.

Rabu, 19 Mei 2010

Cabik Sajak Dalam Hening

Dalam hening aku menanti
syair merdu dini hari
yang kan mengajakku bernyanyi
menggapai asa yang tak kan pergi

Dalam sepi aku menanti
sebait puisi jelang fajar hari
kan kulantunkan bersama mentari
raih cita kan datang lagi

Dalam hening ku selalu menanti
sajak indah pagi hari
biarlah kusabar merajut mimpi
hingga nyata mendatangi


Hening adalah suasana yang mengantar perasaan menuju ketenangan. Dalam puisi tersebut penulis melukiskan keadaan seorang yang berusaha merajut mimpi dengan berbagai usaha sampai berhasil.

Bait pertama menceritakan seorang yang mendambakan sahabat yang selalu menasihati dengan kata-kata yang menyejukkan hati dalam setiap langkah.Syair merdu adalah nasihat dan semangat. Sedangkan dini hari sebagai kiasan dari menyejukkan karena suasana pagi memang sejuk.

Bait kedua menceritakan seorang tersebut juga memerlukan semangat dalam meraih cita-citanya. Mentari dalam bait ini adalah lambang dari semangat. Hal ini sangat tepat karena matahari terbit pagi hari dan merupakan saat yang penuh gairah untuk melakukan aktivitas.

Bait ketiga menceritakan sang tokoh bukan hanya berdiam diri dengan menerima nasihat atau menikmati dorongan semangat, tetapi juga berusaha mendapatkannya dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Dia akan terus berusaha sehingga harapannya terwujud. Tekad tersebut dapat kita lihat dalam dua baris terakhir bait ketiga.