Tapak Cabik

Selasa, 01 Juni 2010

Cabik Sajak Langkah Merak

Merak itu telah berjalan
dari taman ke taman
seraya melempar senyuman

Merak itu melangkah anggun
dengan kepala terayun-ayun
yakin semua kan tertegun

Dengan jalinan bulu penuh warna
ia tebarkan senyum pesona
agar semua kan terpana

Merasa diri yang terhebat
tak dibalasnya sapa katak yang meloncat
dan undangan iringan semut yang lewat

Kepala yang tengadah ke atas
membuat mata kurang awas
pujian datang, hati puas

Kaki tiada menapak tanah
duri-duri telah memanah
menghadirkan tetesan darah

Merak pun menangis pilu
angkuh diri membuatnya tak tahu malu
menganggap diri yang nomor satu

Untaian bulu warna-warni
tak ditunjukkannya lagi
sebab kini tiada seindah pelangi


Dalam dunia fabel, merak dikenal sebagai hewan berperangai angkuh. Dengan keindahan warna-warni bulunya, ia merasa tidak ada lagi yang sanggup menyaingi dirinya.

Bait pertama menggambarkan seorang yang berjalan sambil tersenyum menyombongkan diri. Dia begitu yakin akan kehebatan dirinya.

Bait kedua menceritakan bahwa cara berjalan orang angkuh lain daripada yang lain. Ia berusaha bersikap anggun, tetapi orang-orang yang melihat akan tahu kalau keanggunan itu tampak dibuat-buat.

Bait ketiga mengisahkan betapa yakin akan kehebatan diri sehingga ia yakin bahwa siapa pun yang melihat akan terkagum-kagum dan memujinya.

Bait keempat menjelaskan bahwa orang angkuh tidak akan sudi membuang-buang waktu hanya untuk menjawab sapaan basa-basi atau menerima undangan dari orang-orang sederhana.

Bait kelima menggambarkan kebiasaan orang sombong, ia selalu melihat ke atas, sebab cemas kalau-kalau ada yang meyaingi dirinya. Pujian dan sanjungan membuatnya enggan menunduk.

Bait keenam menceritakan bahwa kesombongan, keangkuhan, atau apa pun namanya akan mengakibatkan kejatuhan.

Bait ketujuh melukiskan tangis penyesalan yang datang kemudian. Saat itulah seorang yang sombong meratapi keangkuhannya.

Bait kedelapan melambangkan bahwa seorang yang jatuh karena keangkuhan biasanya tidak lagi mempunyai keberanian untuk menceritakan apa-apa yang dulu pernah dimiliki. Dia merasa tidak dapat menunjukkan bukti.